Minggu, 11 Desember 2011

Resensi novel Tunangan?Hmm...by Agnes Jessica



Terwujudnya Sebuah Cinta
Judul               : Tunangan? Hmm... 
Penulis             : Agnes Jessica
Penerbit           : Gramedia Pustaka Utama, Jakarta,
           Desember 2004
Tebal               : 256 halaman

Penulis novel Tunangan?Hmm… yaitu Agnes Jessica lahir di Jakarta, 4 April 1974.Lulusan IKIP Jakarta jurusan matematika ini pernah mengajar matematika di SMUK I BPK Penabur, Tanjung duren pada tahun 1996-2001. Karena ingin mengembangkan seni, walaupun ia suka mengajar dan murid-muridnya suka di ajar olehnya, ia keluar dari dunia mengajar dan memilih untuk aktif berkarya sebagai penulis novel. Istri dari Hernata Tamin ini menghasilkan 30 novel sejak tahun 2003. Novel-novelnya yang sudah diterbitkan antara lain Tunangan?Hmm… , Three Days Cinderella, jejak kupu-kupu (novel pertamanya), Debu Bintang, Rumah Beratap Bugenvil, Dongeng Sebelum Tidur, Piano di Kotak Kaca,  dan Peluang Kedua . 

Selain ia menggunakan nama Agnes Jessica dalam novelnya , ia kerap menulis dengan nama samaran Yishiko Agunesu. Kehidupanya yang dulu sebagai guru dan selalu berinteraksi dengan muridnya yang mayoritas adalah para remaja membuatnya mengerti akan dunia remaja sehingga beberapa novelnya menceritakan tentang kehidupan remaja. Selain itu dia hidup di kota besar yang amat keras dan hal itulahyang menggugah semangatnya untuk berkarya dalam novel peluang kedua ini.Kini ibu dari Billy dan Felicia ini aktif dan sangat produktif dalam menulis sebuah novel. Selain ia berkarya dalam menulis novel ia juga berkarya dengan menulis skenario sebuah film FTV.
Novel ini bercerita tentang Tere anak perempuan berusia 17 tahun, 2 SMU, wajah manis. Saat jalan-jalan di mal, dia berebut baju dengan seorang anak laki-laki yang tampan tetapi menyebalkan. Besoknya di sekolah, Tere bertemu lagi dengan anak itu. Ternyata ia anak baru, yang bernama Giovani.
Giovani anak laki-laki berusia 17 tahun, pandai bermain piano, satu sekolah dengan Tere, tapi lain kelas. Pernah patah hati karena ditinggal oleh pacarnya yang ternyata wajahnya tampak mirip dengan Tere tetapi sikapnya sangat berbeda. Saat pertama kali bertemu Tere di mal, dia tidak menyukai Tere.
Orangtua Tere dan Giovani ternyata teman lama. Mereka udah berencana menjodohkan keduanya. Tere hanya diberi  tahu bahwa anak laki-laki jodohnya itu bernama Opan. Giovani, alias Opan, lebih beruntung. Dia pernah melihat foto Tere. Jadi Opan tahu Tere, tapi Tere tidak tahu bahwa Opan dan Giovani adalah orang yang sama. Setelah mengetahui Giovani adalah Opan, Tere merasa jengkel dengan anak itu.
 Masalah jadi tambah rumit, ketika Tere tahu ternyata dua sahabatnya juga menyukai Giovani. Giovani juga tahu bahwa Tere menyukai Evans, sang ketua OSIS. Tanpa mereka sadari, mereka sebenarnya sama-sama cemburu.
Dalam novel ini, pengarang menunjukan kehidupan remaja di lingkungan perkotaan yang digambarkan melalui gaya bicara, pakaian, dan gaya hidup seperti remaja di daerah kota masa kini yang mengikuti arus globalisasi. “Kebiasaan belanja yang berpusat di pertokoan biasa, kini berpindah ke mal serba ada.” (hal.7).
“Tempat parkir luas, karena kebanyakan muridnya diizinkan bawa mobil oleh ortu mereka, padahal tinggalnya di kompleks itu-itu  juga.Susah sih, soalnya udah jadi budaya.”. Kalimat narasi yang menggambarkan gaya hidup yang modern masyarakat kota.
“Jangan takut, pokoknya kita berpencar. Kamu cari kaus yang kamu incar itu, sedangkan Mama langsung ke bagian sepatu,” kalimat  dalam dialog yang menunjukan  gaya hidup yang menunjukan kebiasaan yang umum pada masyarakat perkotaan.
Penulis novel ini rupanya menyajikan  novel dengan gaya bahasa yang digunakan dalam novelnya ia sajikan terasa sederhana dan ringan sehingga mudah dicerna dan cocok dikalangan remaja. Sesuai dengan label  tampak pada sampul novel “Teenlit”,  dapat didefinisikan sebagai bacaan untuk mereka yang berusia antara 13 hingga 19 tahun.
Selain itu novel ini terasa lebih menyatu dikalangan remaja dengan bumbu-bumbu komedi dalam  kisah cinta Tere dan Giovani yang di berikan pada cerita yang dituliskan. Hal ini membuat alur cerita mudah dipahami dan lebih menghibur pembaca.
Agnes Jessica punya cukup banyak stok kata-kata tidak baku. Kata-kata tidak baku dalam dialog-dialog Tunangan? Hmm… antara lain “Bokap-nyokap gue aja belum pernah ngliat orangnya kayak gimana!” (hal. 88). Adapula kata-kata tidak baku dalam  narasi Tunangan? Hmm… antara lain “Pasti Opan boong kalau dia bilang baru dapat SIM.” (hal. 120).
 Kata-kata yang  baku terlalu banyak mengisi dialog-dialog antara tokoh-tokoh remaja. Hal ini terasa mengganggu, apalagi bagi pembaca yang masih remaja, “Dia benar-benar bilang begitu, Ter?” tanya Linda, (hal. 49). Kata-kata baku dalam narasi Tunangan? Hmm… terasa cukup wajar dan tidak janggal, “Melihat cowok itu, entah mengapa jantung Tere tidak berdegup kencang seperti biasa.” (hal. 201).
Bagaimana ending-nya?  Tere yang sempat marah  dengan Giovani, akhirnya memaafkannya. Kedua sahabatnya juga telah merelakan Giovani bersama Tere, karena ternyata Giovani hanya mencintai Tere. Kemudian atas persetujuan mereka diadakan pesta pertunangan di rumah Giovani.
Agnes Jessica juga menggunakan ungkapan-ungkapan fatis seperti lho, sih, yah, kok, deh, dan dong. Kata wakuncar (hal. 70), yang diucapkan oleh Giovanni kepada Tere dalam Tunangan? Hmm… benar-benar janggal.








Sinopsis :
Novel ini bercerita tentang Tere anak perempuan berusia 17 tahun, 2 SMU, wajah manis. Saat jalan-jalan di mal, dia berebut baju dengan seorang anak laki-laki yang tampan tetapi menyebalkan. Besoknya di sekolah, Tere bertemu lagi dengan anak itu. Ternyata ia anak baru, yang bernama Giovani.
Giovani anak laki-laki berusia 17 tahun, pandai bermain piano, satu sekolah dengan Tere, tapi lain kelas. Pernah patah hati karena ditinggal oleh pacarnya yang ternyata wajahnya tampak mirip dengan Tere tetapi sikapnya sangat berbeda. Saat pertama kali bertemu Tere di mal, dia tidak menyukai Tere.
Orangtua Tere dan Giovani ternyata teman lama. Mereka udah berencana menjodohkan keduanya. Tere hanya diberi  tahu bahwa anak laki-laki jodohnya itu bernama Opan. Giovani, alias Opan, lebih beruntung. Dia pernah melihat foto Tere. Jadi Opan tahu Tere, tapi Tere tidak tahu bahwa Opan dan Giovani adalah orang yang sama. Setelah mengetahui Giovani adalah Opan, Tere merasa jengkel dengan anak itu.
Masalah jadi tambah rumit, ketika Tere tahu ternyata dua sahabatnya juga menyukai Giovani. Giovani juga tahu bahwa Tere menyukai Evans, sang ketua OSIS. Tanpa mereka sadari, mereka sebenarnya sama-sama cemburu.
Namun,Tere yang sempat marah  dengan Giovani, akhirnya memaafkannya. Kedua sahabatnya juga telah merelakan Giovani bersama Tere, karena ternyata Giovani hanya mencintai Tere. Kemudian atas persetujuan mereka diadakan pesta pertunangan di rumah Giovani.







Keunggulan :
Gaya bahasa yang digunakan dalam novelnya ia sajikan terasa sederhana dan ringan sehingga mudah dicerna dan cocok dikalangan remaja. Sesuai dengan label  tampak pada sampul novel “Teenlit”,  dapat didefinisikan sebagai bacaan untuk mereka yang berusia antara 13 hingga 19 tahun. Sehingga terasa sederhana dan ringan untuk dibaca.
Movel ini terasa lebih menyatu dikalangan remaja dengan bumbu-bumbu komedi dalam  kisah cinta Tere dan Giovani yang di berikan pada cerita yang dituliskan. Hal ini membuat alur cerita mudah dipahami dan lebih menghibur pembaca.

Kekurangan :
          Penulis lebih menonjolkan  sisi gaya hidup masyarakat  modern di wilayah kota. Terlalu banyak mendapat pengaruh dari arus globalisasi sehingga memungkinkan pembaca terpengaruh dengan apa yang di gambarkan dalam novel tersebut.
Kata-kata yang  baku terlalu banyak mengisi dialog-dialog antara tokoh-tokoh remaja. Hal ini terasa mengganggu, apalagi bagi pembaca yang masih remaja. Masih ada kata-kata yang dirasa janggal dalam dialog dan narasi novel. Konflik dalam cerita kurang digarap dengan detail sehingga terasa singkat dan sederhana.  


         

1 komentar: