Selasa, 15 November 2011

Hikayat Bahasa Melayu


Cerita Raja Kilan Syah Serta Putranya

Maka kata Bayan itu, "Adalah seorang raja di negeri Istambul, terlalu amat besar kerajaan baginda itu. Maka adalah nama raja itu Kilan Syah dan istrinya baginda itu, bemama tuan putri Nur Zainun anak raja di negeri Kastambar ada dengan menterinya bemama Mangkubumi. Adapun akan raja itu ada berputra seorang laki-laki terlalu amat baik parasnya maka dinamai oleh baginda akan anakanda itu raja Johan Rasyid. Maka raja Johan Rasyid itu pada lahirnya terlalu sangat bijaksana. Maka adalah umurya baharu empat belas tahun. Maka dengan takdir Allah sabhanahu wataala ayahanda baginda itu pun geringlah terlalu amat sangat. Maka segala wazir dengan segala orang besar-besar dan bentara dan penggawa di negeri itu pun, bertunggulah masing-masing kepada tempatnya serta dengan dukacitanya akan raja Kilan Syah gering itu.

            Maka anakanda baginda raja Johan Rasyid pun tiadalah taksir lagi menyuruh mengobatkan ayahanda baginda itu pada segala hukama dan segala ulama. Maka obat pun tiadalah memberi faedah kepada baginda itu seperti racunlah kepadanya.

            Syahdan usahkan berkurang penyakit baginda itu, makin bertambah-tambah pula sakitnya. Maka raja Kilan Syah tahulah akan penyakit itu alamat mautlah. Setelah dirasai baginda hampirlah waktu baginda itu akan meninggalkan dunia, maka raja Kilan Syah pun menyuruh memanggil perdana menteri dan segala orang besar-besar dan segala pegawai-pegawai. Setelah datanglah masing-masing menghadap baginda, maka sekalian itu pun dengan tangisnya sebab bercintakan baginda itu.

            Maka raja Kilan Syah pun bertitah, "Hai segala tuan-tuan! Ketahui olehmu bahwa aku hampirlah akan kembali dari negeri yang fana ke negeri yang baka. Bahwa adalah amanatku pada kamu sekalian akan anakku Johan Rasyid itu, pertaruhankulah pada kamu sekalian pertama-tama aku serahkan kepada Allah subhanahu wataala dan Rasulnya, kemudian dari itu pada kamu sekalianlah. Bagaimana kamu sekalian telah berbuat bakti akan daku dan engkau mengasihi aku, demikianlah kepadanya. Hubayahubaya jangan engkau lainkan aku dengan dia barang siapa melalui daripada amanatku ini, durhakalah ia kepada aku, dan jika barang suatu hendak dikerjakan, sekali-kali jangan engkau lalui hukum Allah taala, dan takuti olehmu akan Allah subhanahu wataala sangat-sangat."


            Maka sembah mereka itu sekalian, "Ya tuanku Syah Alam, jangan apalah tuanku memberi titah demikian memberi belas rasa hati patik sekalian. Adakah pernah pafik sekalian melalui titah duli tuanku? Titah yang demikian itu pun patik junjunglah di atas batu kepala patik sekalian, dilanjutkan Allah subhanahu wataala umur syah alam."

            Setelah raja Kilan Syah mendengar sembah mereka itu sekalian, maka baginda pun menangis seraya menghadapkan muka baginda kepada anakanda baginda raja Johan Rasyid.


            Maka titah raja, "Hai anakku Johan Rasyid! Baik-baiklah engkau peliharakan dirimu daripada api naraka! Dan pebenar olehmu barang katamu dan hendaklah engkau adil dan murah. Jauhi olehmu daripada dusta dan lalim! Hendaklah buka tanganmu dan jauhi olehmu daripada kikir, karena benar itu perhiasan segala raja-raja yang berilmu. Jika engkau turut seperti wasiatku ini, tiadalah engkau menganiaya dirimu kepada kedua buah negeri  "

            Setelah sudah raja Kilan Syah berwasiat, maka raja Kilan Syah pun kembali kerahmat Allah taala dari negeri yang fana ke negeri yang baka. Maka segala mereka itu pun merataplah, riuh rendahlah bunyi segala isi istana, menderulah bunyinya seperti ribut topan.

            Maka perdana menteri dan segala pegawai orang besar-besar itu pun semuanya habis berhimpun, hendak merajakan Johan Rasyid. Maka mayat raja Kilan Syah pun dikuburkan oranglah dengan sempurnanya seperti adat segala raja-raja yang besar demikianlah diperbuat orang akan baginda. Maka raja Johan Rasyid pun tiadalah taksir lagi akan mengerjakan jenazah ayahanda baginda itu. Maka setelah datanglah kepada setahun lamanya raja Johan Rasyid di atas takhta kerajaan, maka terlalulah ia lalim, tiada takut akan Allah subhanahu wataala dan tiada takut dan malu akan Nabi kita, dan wasiat ayahandanya pun dilupakannyalah melainkan akan hawa nafsunya juga yang diikutinya, dan akan nyawa segala hamba Allah pun tiadalah terhisabkan lagi pada sehari-hari makin bertambah-tambah juga lalimnya. Setelah dilihat oleh perdana menteri dan segala wazir dan segala orang yang bernama-nama akan raja Johan Rasyid demikian itu, maka ia pun terlalu heran dari karena sangat bersalahan daripada raja Kilan Syah, seperti langit dengan bumi jauhnya dengan perangai ayahanda itu. Maka perdana menteri dengan segala wazir dan segala orang besar-besar dan segala pegawai pun berhimpun pergi menghadap raja Johan Rasyid, lalu duduk menyembah.

            Maka sembah perdana menteri dan segala mereka itu, "Ya tuanku Syah Alam! Maka adalah patik sekalian ini menghadap ke bawah duli tuanku, karena tuanku mengerjakan pekerjaan larangan Allah dan Rasul dan tiada mengikut wasiat paduka marhum sedang mangkat bukankah baginda berpesan kepada duli tuanku melarangkan daripada kerja yang tiada berbetulan dengan hukum Allah taala jangan duli tuanku kerjakan dan lagi duli tuanku raja berasal, lagi berilmu turun-temurun daripada paduka ayahanda baginda raja yang adil maka sampai kepada masa tuanku naik kerajaan, demikianlah jadinya, tiadalah tuanku menurut amanat paduka ayahanda itu."

            Setelah raja Johan Rasyid mendengar sembah perdana menteri dan segala pegawai-pegawai orang yang besar-besar itu, suatu pun tiada apa titah raja Johan Rasyid, lalu ia berbangkit ke istananya. Maka perdana menteri dengan segala orang besar-besar pun tiadalah terbicara lagi, oleh karena sembah mereka itu tiada disahut oleh raja Johan Rasyid.

             Setelah ia mendengar sembah segala mereka itu, makin bertambah-tambah pula lalimnya daripada ia belum mendengar sembah perdana menteri itu. Maka segala isi negeri Istambul pun berundurlah dari negeri itu.

            Setelah dilihat oleh perdana menteri dan segala orang besar- besar akan hal negeri itu, maka perdana menteri dan segala wazir pun terialu dukacita seraya dengan herannya melihat qadla Allah taala yang datang kepadanya itu. Maka perdana menteri pun memanggil segala wazir dan segala pegawai di dalam negeri itu berhimpun ,musyawarat dengan perdana menteri itu mencari bicara akan raja Johan Rasyid, kalau-kalau mau, raja itu berbuat adil, supaya negeri jangan binasa. Setelah sudah musyawarat, maka oleh perdana menteri dan segala orang besar-besar dibawanya waliullah empat orang serta delapan orang ulama pergi kepada raja Johan Rayid. Maka pada ketika itu juga raja Johan Rasyid pun sedang dihadap oleh orang yang garib-garib segala hamba raja yang jahat-jahat itu dan fasik murtad celaka, segala orang itu pun dikasihi oleh raja. Maka baginda pun melihat waliullah datang dibawa olehnya perdana menteri dan segala pegawai baginda, maka segeralah ia berangkat masuk ke istana. Setelah dilihat oleh waliullah dan ulama itu tiada dengan adatnya, maka ulama dan waliullah pun tersenyum. Maka perdana menteri dan segala orang besar-besar pun tiadalah terbicara lagi. Maka segala mereka itu pun masing-masing kembali ketempatnya dengan dukacitanya.

            Maka beberapa hari perdana menteri dengan segala orang besar-besar hendak berdatang sembah kepada anak raja itu, tiada juga ia mau keluar daripada sehari-hari makin bertambah lalimnya. Maka negeri itu pun diturunkan Allah subhanahu wataala kemarau sangat keras kepada sebulan, sehari pun tiada hujan. Maka segala tanaman orang pun banyaklah mati. Maka segala dagang pun tiada masuk ke negeri itu, karena mendengar rajanya sangat lalimnya, dan segala makanan pun tiada dibawa masuk ke negeri itu, jadi mahallah. Maka orang-orang di dalam negeri itu pun lapariah, banyak mati. Maka segala pegawai dan wazir pun berhimpunlah datang kepada perdana menteri bertanya dan bicarakan raja Johan Rasyid itu.

            Maka kata segala mereka itu kepada perdana menteri, "Jikalau raja ini tiada kita bunuh, niscaya binasalah negeri ini, kita sekalian pun huru-haralah."

            Setelah dilihat oleh perdana menteri akan segala mereka itu gobar sangat, hendak membunuh raja itu, maka kata perdana menteri akan saudaranya."Pada bicara hamba, baiklah sabar dahulu, sementara kita bertanya hukum kepada kadi akan raja kita ini, maka hukum Allah suhanahu watala, di sanalah kita turut."

            Maka sahut segala mereka itu, "Benarlah seperti kata perdana menteri itu, tetapi kami sekalian hendaklah segera menyembah raja lain."

            Maka kata perdana menteri, "Jikalau demikian, marilah kita pergi kepada kadi, supaya saudara hamba jangan sakit hati."

            Maka segala mereka itu pun pergilah mendapatkan kadi, maka di dalam negeri itu pun setengah orang berhimpun membaca kitab daripada seorang mufti. Maka segala wazir yang besar-besar datang itu dengan alat senjatanya, maka kadi pun terkejut seraya menyerahkan dirinya kepada Allah taala, maka katanya, "Apa pekerjaan saudara hamba datang beramai-ramai ini? Karena apa?"

            Maka perdana menteri pun naik duduk seraya menyembah serta memberi salam dan hormat. Disahuti kadi salamnya itu dan mufti itu pun memberi hormatnya dengan seribu kemuliaan.

            Maka kata perdana menteri, "Adapun hamba datang kepada tuan hamba ini hendak bertanyakan hukum Allah taala akan segala raja-raja yang harus menjadi raja."

            Maka kata kadi kepada mufti, "Ya Malulana. Tuan hamba!"

            Maka kata mufti, "Baiklah! Hai tuan-tuan sekalian, ketahuilah, bahwasanya kepada hukum Allah yang hams akan raja itu, berakal, tiada harus raja itu bebal, kedua balig, tiada harus kanak-kanak, ketiga berbudi, tiada harus raja itu khilaf akalnya, keempat raja itu sehat, tiada harus raja penyakit aib seperti sopak dan kusta, kelima, raja itu adil, tiada harus raja itu lalim, karena itu menjadi dlilullahu filalam imam sekalian manusia, karena segala raja itu membawa tertib sallallahualami wasallam, karena raja bayang Allah taala dan ganti Nabi, supaya boleh diturut segala manusia.


            Setelah mereka itu mendengar kata mufti itu dengan beberapa hadis dan dalil, maka kata perdana menteri dengan segala wazir itu, "Ya Maulana, akan raja kita ini apa hukumnya? Karena ia terlalu sangat lalim akan segala manusia, sedikit pun tiada rahimnya akan segala isi negeri.''

            Maka kata mufti itu, "Suruh ia bertobat daripada pekerjaannya itu, jikalau ia tiada mau tobat, kamu sekalian bunuh akan dia."

            Maka kadi dan perdana menteri dan segala pegawai dan segala wazir pun menyuruh bicara lengkap segala alat senjata. Maka segala rakyat pun hendak mengerjakan seperti kata mufti itu.

            Maka segala musyawarat itu pun terdengarlah kepada baginda raja Johan Rasyid hendak dibunuh, akan dia  hendak disuruh tobat itu, tiada dipakainya. Maka ia pun segeralah lari dengan seekor kuda, seorang pun tiada sertanya. Maka mereka sekalian pun datanglah hendak menyuruh raja Johan Rasyid itu tobat. Maka kata segala yang garib-garib itu, "Bahwa raja sudah lari dengan seekor kuda ke mana-mana perginya tiadalah kami ketahui."

            Setelah segala khalayak mendengar kata itu, maka kata segala wazir dan segala pegawai yang besar-besar kepada perdana menteri, "Akan sekarang ini, apa bicara tuan hamba? Negeri kita ini tiada beraja, tiada harus pada hukum Allah taala."

            Maka kata mufti, "Baiklah Kadi, ini kita jadikan raja sementara mencari yang lain, supaya tetap negeri."

            Maka mereka itu pun kabulah akan kata mufti itu. Maka kadi pun ditabalkan oranglah dengan sepertinya.

            Setelah kadi itu jadi raja, maka ia pun terialulah adil, kepada barang yang dikerjakannya dengan hukum Allah taala juga, sekali-kali tiada bersalahan seperti dahulu itu dengan sekarang ini. Maka isi negeri itu pun kembalilah seperti adat sediakala.

            Sebermula, maka tersebutlah perkataan raja Johan Rasyid lari itu. Setelah datanglah kepada empat puluh hari perjalanan, maka ia pun bertemulah dengan Bedawi  delapan orang. Maka dirampaslah oleh Bedawi itu akan raja Johan Rasyid, habis diambilnya kudanya dan senjatanya dan pakaiannya sekaliannya dirampas. Maka Bedawi yang delapan orang itu pun berjalanlah kepada tempat lain, menjadi kayalah sebab ia beroleh pusaka pakaian kerajaan dengan selengkapnya itu.

            Setelah Bedawi itu sudah berjalan, maka raja Johan Rasyid pun tinggallah dengan lapar dahaganya yang amat sangat serta dukacitanya. Maka ia pun baharulah sadarkan dirinya diqadlakan Allah taala akan dia, dibalasnya perbuat lalim itu. Maka raja pun terlalulah menyesal mengerjakan segala pekerjaan yang telah lalu itu, seraya bertobat kepada Allah subhanahu wataala dengan sempurnanya. Maka raja Johan Rasyid pun menjadikan dirinya seorang fakir minta sedekah, segenap negeri orang ia pergi, serta mengerjakan iman dan taat menjauhkan kufur dan maksiat. Maka terlalulah amat sangat keras pertapaannya itu.

            Maka kadi pun sampailah turun-temurun menjadi raja di negeri Istambul datang kepada anak cucunya. Demikianlah hikayat raja Kilan Syah berpesan kepada anaknya.


Di cek lagi!!

1 komentar: