PLATYHELMINTHES
-Yuliana Purnamasari-
1. PENGERTIAN
Platyhelminthes
merupakan kelompok cacing yang tubuhnya berbentuk pipih ( platy = pipih, helminthes
= cacing ). Kelompok cacing pipih memiliki struktur tubuh paling sederhana
dibandingkan susunana tubuh cacing pada filum lainnya.
2. Ciri-ciri
·
Tubuh pipih dosoventral tanpa segmentasi
dan tidak berselon.
·
Tidak memiliki sisitem peredaran darah.
·
Bernafas dengan seluruh permukaan tubuh.
·
Alat pencernaan tidak sempurna berupa
gastrovakuler dan berperan sebagai usus.
·
Ekskresi dengan sel api.
·
Sistem saraf tangga tali.
·
Bereproduksi secara generative dan
vegetative.
·
Umumnya, golongancacing pipih hidup di
sungai, danau, laut atau sebagai parasit didalam tubuh organisme lain.
·
Satu individu mempunyai dua organ
reproduksi ( Hermafrodit ).
3. Struktur tubuh
Bagian
tubuh dapat dibagi menjadi bagian anterior ( bagian depan, kepala ), posterior
(bagian belakang, ekor ), dorsal ( daerah punggung ), ventral ( daerah yang
berlawanan dengan dorsal ), dan lateral ( samping tubuh ). Tubuhya tersususn
atas tiga lapisan yaitu :
1.
Ektoderma ( lapisan luar )
Dalam
perkembangan selanjutnya, ektoderma akan membentuk epidermis dan kutikula. Epidermis
lunak dan bersilia serta berfungsi untuk membantu alat gerak. Sering kali
epidermis tertutup kutikula dan sebagian lagi dilengkapi dengan alat yang dapat
dipakai untuk melekatkan diri pada inang. Ada pula yang berupa alat kait dari
kitin.
2.
Mesoderma ( lapisan tengah )
Dalam
perkembangan selanjutnya, mesoderma akan membentuk alat reproduksi, jaringan
otot, dan jaringan ikat.
3.
Endoderma ( lapisan dalam )
Dalam
perkembangan selanjutnya, endoderma akan membentuk gastrodermis /
gastrovaskuler sebagai saluran pencernaan makanan.
4. REPRODUKSI
|
KLASIFIKASI
1. Turbellaria ( cacing berambut getar )
Hewan dari kelas Turbellaria
memiliki tubuh bentuk tongkat atau bentuk rabdit (Yunani : rabdit = tongkat).
Hewan ini biasanya hidup di air tawar yang jernih, air laut atau tempat lembab
dan jarang sebagai parasit. Tubuh memiliki dua mata dan tanpa alat hisap.
Hewan ini mempunyai kemampuan yang besar untuk beregenerasi dengan cara memotong tubuhnya seperti tampak pada gambar 5 di atas. Contoh Turbellaria antara lain Planaria dengan ukuran tubuh kira-kira 0,5 – 1,0 cm dan Bipalium yang mempunyai panjang tubuh sampai 60 cm dan hanya keluar di malam hari.
Permukaan tubuh Planaria bersilia dan kira-kira di tengah mulut terdapat proboscis (tenggorok yang dapat ditonjokan keluar) seperti pada gambar berikut
Hewan ini mempunyai kemampuan yang besar untuk beregenerasi dengan cara memotong tubuhnya seperti tampak pada gambar 5 di atas. Contoh Turbellaria antara lain Planaria dengan ukuran tubuh kira-kira 0,5 – 1,0 cm dan Bipalium yang mempunyai panjang tubuh sampai 60 cm dan hanya keluar di malam hari.
Permukaan tubuh Planaria bersilia dan kira-kira di tengah mulut terdapat proboscis (tenggorok yang dapat ditonjokan keluar) seperti pada gambar berikut
Salah satu contoh
turbellaria adalah planarai sp. Cacing
ini bersifat karnivor dan dapat kita temukan diperairan, genangan air, kolam,
atau sungai. Biasanya cacing ini menempel dibatuan atau di daun yang tergenang
air. Panjang tubuhnya sekitar 5-25 mm,
bergerak dengan menggunakan silia yang terdapat pada epidermis tubuhnya.
Gerakan cacing ini lentur di sepanjang lendir yang di ekskresikannya. Beberapa
turbellaria melakukan gerakan berombak untuk berenang di air.
2.
Trematoda
(Cacing Isap)
He Trematoda memiliki tubuh yang diliputi kutikula dan tak bersilia. Pada ujung anterior terdapat mulut dengan alat penghisap yang dilengkapi kait. Tubuh dengan panjang lebih kurang 2,5 cm dan lebar 1cm serta simetris bilateral.
He Trematoda memiliki tubuh yang diliputi kutikula dan tak bersilia. Pada ujung anterior terdapat mulut dengan alat penghisap yang dilengkapi kait. Tubuh dengan panjang lebih kurang 2,5 cm dan lebar 1cm serta simetris bilateral.
Trematoda termasuk hewan hemafrodit,dan sebagai
parasit pada Vertebrata baik berupa ektoparasit (pada ikan) maupun sebagai
endoparasit. Contoh hewan Trematoda adalah cacing hati atau Fasciola hepatica
(parasit pada hati domba), Fasciola gigantica (parasit pada hati sapi) dan
cacing hati parasit pada manusia (Chlonorchis sinensis) serta Schistosoma
japonicum (cacingdarah). Perhatikan gambar anatomi cacing hati (Fasciola
hepatica ) berikut!
Gambar Anatomi Fasciola hepatica
Daur Hidup Beberapa Cacing Kelas Trematoda :
|
||||||||||||
•
|
Cacing dewasa bertelur di dalam saluran empedu dan kantong empedu sapi
atau domba. Kemudian telur keluar ke alam bebas bersama feses domba. Bila mencapai tempat basah, telur ini akan
menetas menjadi larva bersilia yang disebut mirasidium. Mirasidium akan mati
bila tidak masuk ke dalam tubuh siput air tawar (Lymnea
auricularis-rubigranosa).
|
|||||||||||
•
|
Di dalam tubuh siput ini, mirasidium tumbuh menjadi sporokista (menetap
dalam tubuh siput selama + 2 minggu).
|
|||||||||||
•
|
Sporokista akan menjadi larva berikutnya yang disebut Redia. Hal ini
berlangsung secara partenogenesis.
|
|||||||||||
•
|
Redia akan menuju jaringan tubuh siput dan berkembang menjadi larva
berikutnya yang disebut serkaria yang mempunyai ekor. Dengan ekornya serkaria
dapat menembus jaringan tubuh siput dan keluar berenang dalam air.
|
|||||||||||
•
|
Di luar tubuh siput, larva dapat menempel pada rumput untuk beberapa
lama. Serkaria melepaskan ekornya dan menjadi metaserkaria. Metaserkaria
membungkus diri berupa kista yang dapat bertahan lama menempel pada rumput
atau tumbuhan air sekitarnya. Perhatikan tahap perkembangan larva Fasciola
hepatica.
|
|||||||||||
•
|
Apabila rumput tersebut termakan oleh domba, maka kista dapat menembus
dinding ususnya, kemudian masuk ke dalam hati, saluran empedu dan dewasa di
sana untuk beberapa bulan. Cacing dewasa bertelur kembali dan siklus ini
terulang lagi.
|
|||||||||||
Gambar Tahap perkembangan larva Fasciola hepatica
Dalam daur hidup cacing hati ini mempunyai
dua macam tuan rumah yaitu :
1. Inang perantara yaitu siput air
2. Inang menetap, yaitu hewan bertulang belakang
pemakan rumput seperti sapi dan domba.
|
||||||||||||
Gambar Daur hidup Fasciola hepatica
|
||||||||||||
a.
|
Daur hidup Chlonorchis sinensis
Daur hidup Chlonorchis sinensis sama seperti Fasciola hepatica, hanya saja serkaria pada cacing ini masuk ke dalam daging ikan air tawar yang berperan sebagai inang sementara. Struktur tubuh Chlonorchis sinensis sama seperti tubuh pada Fasciola hepatica hanya berbeda pada cabang usus lateral yang tidak beranting. |
|||||||||||
b.
|
Daur hidup Schistosoma japonicum (cacing darah)
Cacing darah ini parasit pada manusia, babi, biri-biri, kucing dan binatang pengerat lainnya. Cacing dewasa dapat hidup dalam pembuluh balik (vena) perut. Tubuh cacing jantan lebih lebar dan dapat menggulung sehingga menutupi tubuh betina yang lebih ramping. Cacing jantan panjangnya 9 – 22 mm, sedangkan panjang cacing betina adalah 14 – 26 cm. |
|||||||||||
Gambar Schistosoma japonicum jantan dan betina
Daur hidup Schistosoma japonicum
|
||||||||||||
·
Cacing darah ini bertelur pada pembuluh balik (vena) manusia kemudian
menuju ke poros usus (rektum) dan ke kantong air seni (vesica urinaria), lalu
telur keluar bersama tinja dan urine.
|
||||||||||||
·
Telur akan berkembang menjadi mirasidium dan masuk ke dalam tubuh siput.
Kemudian dalam tubuh siput akan berkembang menjadi serkaria yang berekor
bercabang. Serkaria dapat masuk ke dalam tubuh manusia melalui makanan dan
minuman atau menembus kulit dan dapat menimbulkan penyakit Schistomiasis
(banyak terdapat di Afrika dan Asia). Penyakit ini menyebabkan kerusakan dan
kelainan fungsi pada hati, jantung, limpa, kantong urine dan ginjal.
Mirasidium - sporokista - redia
- serkaria - meta serkaria
|
||||||||||||
Contoh kelas ini adalah :
- Fasciola hepatica (cacing
hati ternak), bersifat hetmafrodit.
Siklus hidupnya adalah : Telur Larva Mirasidium masuk ke dalam tubuh siput Lymnea Sporokista berkembang menjadi Larva (II) : Redia Larva (III) : Serkaria yang berekor, kemudian keluar dari tubuh keong Kista yang menempel pada tetumbuhan air (terutama selada air Nasturqium officinale) kemudian termakan hewan ternak (dapat tertular ke orang, apabila memakan selada air) masuk ke tubuh dan menjadi Cacing dewasa menyebabkan Fascioliasis. - Clonorchis sinensis /
Opistorchis sinensis (cacing hati manusia)
Siklus hidupnya adalah: Telur- Larva Mirasidium -Sporokista- Larva (II) : Redia- Larva (III) : Serkaria -Larva(IV) : Metaserkaria, masuk ke dalam tubuh Ikan kemudian termakan oleh Orang Cacing dewasa, menyebabkan Clonorchiasis. - Schistosoma
Contohnya adalah Schistosoma japonicum, Schistosoma haematobium dan Schistosoma mansoni. hidup dipembuluh darah dan merupakan parasit darah. Memiliki hospes perantara Siput. Menyebabkan Schistosomiasis. - Paragonimus westermani (cacing
paru)
Cacing yang menjadi parasit dalam paru-paru manusia. Sebagai hospes perantara ialah ketam (Eriocheirsinensis) dan tetumbuhan air. Menyebabkan Paragonimiasis. - Fasciolopsis buski
Cacing yang menjadi parasit dalam tubuh manusia. Hidup di dalam usus halus. Hospes perantaranya adalah tetumbuhan air. Menyebabkan Fasciolopsiasis.
3. Cestoda (Cacing Pita)
Tubuhnya terdiri dari rangkaian segmen-segmen yang masing-masing disebut Proglottid.
Kepala disebut Skoleks dan memiliki alat isap (Sucker) yang memiliki kait (Rostelum) terbuat dari kitin. Pembentukan segmen (segmentasi) pada cacing pita disebut Strobilasi.
Contoh :
Taenia solium/Cacing pita manusia
Menyebabkan Taeniasis solium. Pada skoleknya terdapat kait-kait. Proglotid yang matang menjadi alat reproduksinya. Memiliki hospes perantara Babi.
Siklus hidup :
Proglottid Masak (terdapat dalam feses) bila tertelan oleh babi Embrio Heksakan, menembus usus dan melepaskan kait-kaitnya Larva Sistiserkus (dalam otot lurik babi) tertelan manusia Cacing dewasa.
Taenia saginataCacing pita manusia
Menyebabkan Taeniasis saginata. Pada skoleknya tidak terdapat kait-kait. Memiliki hospes perantara Sapi. Daur hidupnya sama dengan Taenia solium.
Diphyllobothrium latum,
Menyebabkan Diphyllobothriasis. Parasit pada manusia dengan hospes perantara berupa katak sawah
(Rana cancrivora), ikan dan Cyclops.
Echinococcus granulosus
Cacing pita pada anjing.
Himenolepis nana
Cacing pita yang hidup dalam usus manusia dan tikus. Tidak memiliki hospes perantara.
Tubuhnya terdiri dari rangkaian segmen-segmen yang masing-masing disebut Proglottid.
Kepala disebut Skoleks dan memiliki alat isap (Sucker) yang memiliki kait (Rostelum) terbuat dari kitin. Pembentukan segmen (segmentasi) pada cacing pita disebut Strobilasi.
Contoh :
Taenia solium/Cacing pita manusia
Menyebabkan Taeniasis solium. Pada skoleknya terdapat kait-kait. Proglotid yang matang menjadi alat reproduksinya. Memiliki hospes perantara Babi.
Siklus hidup :
Proglottid Masak (terdapat dalam feses) bila tertelan oleh babi Embrio Heksakan, menembus usus dan melepaskan kait-kaitnya Larva Sistiserkus (dalam otot lurik babi) tertelan manusia Cacing dewasa.
Taenia saginataCacing pita manusia
Menyebabkan Taeniasis saginata. Pada skoleknya tidak terdapat kait-kait. Memiliki hospes perantara Sapi. Daur hidupnya sama dengan Taenia solium.
Diphyllobothrium latum,
Menyebabkan Diphyllobothriasis. Parasit pada manusia dengan hospes perantara berupa katak sawah
(Rana cancrivora), ikan dan Cyclops.
Echinococcus granulosus
Cacing pita pada anjing.
Himenolepis nana
Cacing pita yang hidup dalam usus manusia dan tikus. Tidak memiliki hospes perantara.
4.
Kelas Cestoda (Cacing Pita)
Ciri-ciri :
Cacing pita (Cestoda) memiliki tubuh bentuk pipih,
panjang antara 2 - 3m dan terdiri dari bagian kepala (skoleks) dan tubuh
(strobila). Kepala (skoleks) dilengkapi dengan lebih dari dua alat pengisap.
Sedangkan setiap segmen yang menyusun strobila mengandung alat
perkembangbiakan. Makin ke posterior segmen makin melebar dan setiap segmen
(proglotid) merupakan satu individu dan bersifat hermafrodit.
Cacing ini biasanya hidup sebagai parasit dalam usus vertebrata dan tanpa alat pencernaan. Sistem eksresi terdiri dari saluran pengeluaran yang berakhir dengan sel api. Sistem saraf sama seperti Planaria dan cacing hati, tetapi kurang berkembang.
contoh cestoda
yaitu :
a)
Taenia
saginata (dalam usus manusia)
b) Taenia solium (dalam usus manusia) c) Choanotaenia infudibulum(dalam usus ayam) d) Echinococcus granulosus (dalam usus anjing) e) Dipylidium latum (menyerang manusia melalui inang protozoa)
a. Taenia saginata
|
|||||||
Cacing ini parasit dalam usus halus manusia. Perbedaannya dengan Taenia
solium hanya terletak pada alat pengisap dan inang perantaranya. Taenia
saginata pada skoleksnya terdapat alat pengisap tanpa kait dan inang
perantaranya adalah sapi. Sedangkan Taenia solium memiliki alat pengisap
dengan kait pada skoleksnya dan inang perantaranya adalah babi.
Daur hidup Taenia saginata
|
|||||||
Dalam usus manusia terdapat proglotid yang sudah masak
yakni yang mengandung sel telur yang telah dibuahi (embrio). Telur yang
berisi embrio ini keluar bersama feses. Bila telur ini termakan sapi, dan
sampai pada usus akan tumbuh dan berkembang menjadi larva onkoster. Larva onkoster menembus usus dan masuk ke dalam pembuluh darah atau
pembuluh limpa, kemudian sampai ke otot lurik
dan membentuk kista yang disebut
Cysticercus bovis (larva cacing). Kista akan membesar dan membentuk gelembung
yang disebut Cysticercus (sistiserkus). Manusia akan tertular cacing ini
apabila memakan daging sapi mentah atau setengah matang.
Dinding Cysticercus akan dicerna di lambung sedangkan larva dengan skoleks menempel pada usus manusia. Kemudian larva akan tumbuh membentuk proglotid yang dapat menghasilkan telur. Bila proglotid masak akan keluar bersama feses, kemudian termakan oleh sapi. Selanjutnya telur yang berisi embrio tadi dalam usus sapi akan menetas menjadi larva onkoster. Setelah itu larva akan tumbuh dan berkembang mengikuti siklus hidup seperti di atas. Perhatikan gambar daur hidup Taenia saginata berikut |
|||||||
Gambar Daur hidup Taenia saginata
b. Taenia solium
|
|||||||
Daur hidup Taenia solium sama dengan daur hidup Taenia
saginata, hanya saja inang perantaranya adalah babi. Sedangkan kista yang
sampai di otot lurik babi disebut Cysticercus sellulose.
c. Coanotaenia infudibulum
|
|||||||
Cacing pita lainnya adalah Coanotaenia infudibulum yang
parasit pada usus ayam tetapi inang perantaranya adalah Arthropoda antara
lain kumbang atau tungau.
|
|||||||
3.
Monogenea
Hewan dari kelas Monogenea
umumnya parasit. Hewan ini juga tidak memiliki rongga tubuh. Monogenea
mempunyai sistem pencernaan sederhan yang mencakup lubang mulut, usus, serta
anus. Contohnya neobenedenia .
Pada awal tahap hidupnya,
Monogenea memiliki sebuah organ mirip kait di bagian posteriornya yang disebut
haptor. Hewan dewasa memiliki prohaptor ( untuk makan ) dan opisthaptor ( untuk
menempel ).
Monogenea dapat ditemukan di
kulit, sirip, dan insang ikan. Monogenea biasanya hermafrodit. siklus hidupnya tidak
mengalami reproduksi aseksual. Pada reproduksinya dihasilkan telur yang akan
mengalami tahap larva, disebut onkomirasidium.
hewan dewasanya memakan darah, lendir , serta sel-sel epitel inangnya.
Perbandingan antarkelas Platyhelminthes
Ciri-ciri
|
Turbellaria
|
Trematoda
|
Cestoda
|
Monogenea
|
Contoh
|
Planaria
|
Fasciola hepatica
|
Taenia solium
|
Neobenedenia
|
Habitat larva
Dewasa
|
Bebas di air tawar
Bebas di air tawar
|
Dalam siput genus Lymnaea
Kantong empedu biri-biri dan
manusia
|
Pada daging babi
Manusia
|
Pada udang dan ikan
mamalia
|
Bentuk tubuh
|
Pipih, pendek
|
Pipih, pendek
|
Pipih, pendek
|
Pipih, pendek
|
Simetri tubuh
|
Bilateral
|
Bilateral
|
Bilateral
|
Bilateral
|
Permukaan tubuh
|
Tertutup epidermis dan silia
|
Tidak ada epidermis dan silia
|
Tertutup kutikula, tidak ada
epidermis dan silia
|
Tidak ada epidermis dan silia
|
Alat isap
|
Tidak ada
|
Ada dua ( di mulut dan kepala)
|
Ada empat skolekas
|
Ada dua
|
Segmentasi
|
Tidak ada
|
Tidak ada
|
Ada
|
Tidak ada
|
Sistem pencernaan
|
Mulut, probosis, usus bercabang
tiga
|
Mulut, kerongkongan pendek, usu
bercabang dua
|
Tidak ada
|
Mulut, faring, dan usus
|
Sistem ekskresi
|
Sel api
|
Sel api
|
Sel api
|
Sel api
|
Respirasi
|
Osmosis
|
osmosis
|
osmosis
|
osmosis
|
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapussangat bermanfaat. terima kasih
BalasHapus