Rabu, 16 November 2011

platyhelminthes


PLATYHELMINTHES

-Yuliana Purnamasari-
           





1.      PENGERTIAN
Platyhelminthes merupakan kelompok cacing yang tubuhnya berbentuk pipih ( platy = pipih, helminthes = cacing ). Kelompok cacing pipih memiliki struktur tubuh paling sederhana dibandingkan susunana tubuh cacing pada filum lainnya.

2.      Ciri-ciri
·         Tubuh pipih dosoventral tanpa segmentasi dan tidak berselon.
·         Tidak memiliki sisitem peredaran darah.
·         Bernafas dengan seluruh permukaan tubuh.
·         Alat pencernaan tidak sempurna berupa gastrovakuler dan berperan sebagai usus.
·         Ekskresi dengan sel api.
·         Sistem saraf tangga tali.
·         Bereproduksi secara generative dan vegetative.
·         Umumnya, golongancacing pipih hidup di sungai, danau, laut atau sebagai parasit didalam tubuh organisme lain.
·         Satu individu mempunyai dua organ reproduksi ( Hermafrodit ).
·         Hewan simetri bilateral.

 

3.      Struktur tubuh
Bagian tubuh dapat dibagi menjadi bagian anterior ( bagian depan, kepala ), posterior (bagian belakang, ekor ), dorsal ( daerah punggung ), ventral ( daerah yang berlawanan dengan dorsal ), dan lateral ( samping tubuh ). Tubuhya tersususn atas tiga lapisan yaitu :
1.      Ektoderma ( lapisan luar )
Dalam perkembangan selanjutnya, ektoderma akan membentuk epidermis dan kutikula. Epidermis lunak dan bersilia serta berfungsi untuk membantu alat gerak. Sering kali epidermis tertutup kutikula dan sebagian lagi dilengkapi dengan alat yang dapat dipakai untuk melekatkan diri pada inang. Ada pula yang berupa alat kait dari kitin.
2.      Mesoderma ( lapisan tengah )
Dalam perkembangan selanjutnya, mesoderma akan membentuk alat reproduksi, jaringan otot, dan jaringan ikat.
3.      Endoderma ( lapisan dalam )
Dalam perkembangan selanjutnya, endoderma akan membentuk gastrodermis / gastrovaskuler sebagai saluran pencernaan makanan.

4.      REPRODUKSI
Reproduksi pada cacing pipih seperti Planaria dapat secara aseksual dan secara seksual. Reproduksi aseksual (vegetatif) dengan regenerasi yakni memutuskan bagian tubuh. Sedangkan reproduksi seksual (generatif) dengan peleburan dua sel kelamin pada hewan yang bersifat hemafrodit. Sistem reproduksi seksual pada Planaria terdiri atas sistem reproduksi betina meliputi ovum, saluran ovum, kelenjar kuning telur. Sedangkan reproduksi jantan terdiri atas testis, pori genital dan penis. Perhatikan gambar sistem reproduksi Planaria.


Gambar  Sistem reproduksi Planaria



Gambar Reproduksi aseksual Planaria






KLASIFIKASI

1.      Turbellaria ( cacing berambut getar )
Hewan dari kelas Turbellaria memiliki tubuh bentuk tongkat atau bentuk rabdit (Yunani : rabdit = tongkat). Hewan ini biasanya hidup di air tawar yang jernih, air laut atau tempat lembab dan jarang sebagai parasit. Tubuh memiliki dua mata dan tanpa alat hisap.
Hewan ini mempunyai kemampuan yang besar untuk beregenerasi dengan cara memotong tubuhnya seperti tampak pada gambar 5 di atas. Contoh Turbellaria antara lain Planaria dengan ukuran tubuh kira-kira 0,5 – 1,0 cm dan Bipalium yang mempunyai panjang tubuh sampai 60 cm dan hanya keluar di malam hari.
Permukaan tubuh Planaria bersilia dan kira-kira di tengah mulut terdapat proboscis (tenggorok yang dapat ditonjokan keluar) seperti pada gambar berikut
Salah satu contoh turbellaria adalah planarai sp. Cacing ini bersifat karnivor dan dapat kita temukan diperairan, genangan air, kolam, atau sungai. Biasanya cacing ini menempel dibatuan atau di daun yang tergenang air.  Panjang tubuhnya sekitar 5-25 mm, bergerak dengan menggunakan silia yang terdapat pada epidermis tubuhnya. Gerakan cacing ini lentur di sepanjang lendir yang di ekskresikannya. Beberapa turbellaria melakukan gerakan berombak untuk berenang di air.



2.      Trematoda (Cacing Isap)
He
Trematoda memiliki tubuh yang diliputi kutikula dan tak bersilia. Pada ujung anterior terdapat mulut dengan alat penghisap yang dilengkapi kait. Tubuh dengan panjang lebih kurang 2,5 cm dan lebar 1cm serta simetris bilateral.
Trematoda termasuk hewan hemafrodit,dan sebagai parasit pada Vertebrata baik berupa ektoparasit (pada ikan) maupun sebagai endoparasit. Contoh hewan Trematoda adalah cacing hati atau Fasciola hepatica (parasit pada hati domba), Fasciola gigantica (parasit pada hati sapi) dan cacing hati parasit pada manusia (Chlonorchis sinensis) serta Schistosoma japonicum (cacingdarah). Perhatikan gambar anatomi cacing hati (Fasciola hepatica ) berikut!



Gambar  Anatomi Fasciola hepatica


Daur Hidup Beberapa Cacing Kelas Trematoda :

Cacing dewasa bertelur di dalam saluran empedu dan kantong empedu sapi atau domba. Kemudian telur keluar ke alam bebas bersama feses domba. Bila mencapai tempat basah, telur ini akan menetas menjadi larva bersilia yang disebut mirasidium. Mirasidium akan mati bila tidak masuk ke dalam tubuh siput air tawar (Lymnea auricularis-rubigranosa).
Di dalam tubuh siput ini, mirasidium tumbuh menjadi sporokista (menetap dalam tubuh siput selama + 2 minggu).
Sporokista akan menjadi larva berikutnya yang disebut Redia. Hal ini berlangsung secara partenogenesis.
Redia akan menuju jaringan tubuh siput dan berkembang menjadi larva berikutnya yang disebut serkaria yang mempunyai ekor. Dengan ekornya serkaria dapat menembus jaringan tubuh siput dan keluar berenang dalam air.
Di luar tubuh siput, larva dapat menempel pada rumput untuk beberapa lama. Serkaria melepaskan ekornya dan menjadi metaserkaria. Metaserkaria membungkus diri berupa kista yang dapat bertahan lama menempel pada rumput atau tumbuhan air sekitarnya. Perhatikan tahap perkembangan larva Fasciola hepatica.
Apabila rumput tersebut termakan oleh domba, maka kista dapat menembus dinding ususnya, kemudian masuk ke dalam hati, saluran empedu dan dewasa di sana untuk beberapa bulan. Cacing dewasa bertelur kembali dan siklus ini terulang lagi.




Gambar Tahap perkembangan larva Fasciola hepatica

Dalam daur hidup cacing hati ini mempunyai dua macam tuan rumah yaitu :
1.      Inang perantara yaitu siput air
2.      Inang menetap, yaitu hewan bertulang belakang pemakan rumput seperti sapi dan domba.









Gambar  Daur hidup Fasciola hepatica



a.
Daur hidup Chlonorchis sinensis

Daur hidup Chlonorchis sinensis sama seperti Fasciola hepatica, hanya saja serkaria pada cacing ini masuk ke dalam daging ikan air tawar yang berperan sebagai inang sementara. Struktur tubuh Chlonorchis sinensis sama seperti tubuh pada Fasciola hepatica hanya berbeda pada cabang usus lateral yang tidak beranting.

b.
Daur hidup Schistosoma japonicum (cacing darah)

Cacing darah ini parasit pada manusia, babi, biri-biri, kucing dan binatang pengerat lainnya.
Cacing dewasa dapat hidup dalam pembuluh balik (vena) perut.
Tubuh cacing jantan lebih lebar dan dapat menggulung sehingga menutupi tubuh betina yang lebih ramping.
Cacing jantan panjangnya 9 – 22 mm, sedangkan panjang cacing betina adalah 14 – 26 cm.




Gambar  Schistosoma japonicum jantan dan betina

Daur hidup Schistosoma japonicum


·         Cacing darah ini bertelur pada pembuluh balik (vena) manusia kemudian menuju ke poros usus (rektum) dan ke kantong air seni (vesica urinaria), lalu telur keluar bersama tinja dan urine.


·         Telur akan berkembang menjadi mirasidium dan masuk ke dalam tubuh siput. Kemudian dalam tubuh siput akan berkembang menjadi serkaria yang berekor bercabang. Serkaria dapat masuk ke dalam tubuh manusia melalui makanan dan minuman atau menembus kulit dan dapat menimbulkan penyakit Schistomiasis (banyak terdapat di Afrika dan Asia). Penyakit ini menyebabkan kerusakan dan kelainan fungsi pada hati, jantung, limpa, kantong urine dan ginjal.


Mirasidium -   sporokista    -         redia    -         serkaria   -       meta serkaria














Contoh kelas ini adalah :
  1. Fasciola hepatica (cacing hati ternak), bersifat hetmafrodit.
    Siklus hidupnya adalah : Telur Larva Mirasidium masuk ke dalam tubuh siput Lymnea Sporokista berkembang menjadi Larva (II) : Redia Larva (III) : Serkaria yang berekor, kemudian keluar dari tubuh keong Kista yang menempel pada tetumbuhan air (terutama selada air  Nasturqium officinale) kemudian termakan hewan ternak (dapat tertular ke orang, apabila memakan selada air)  masuk ke tubuh dan menjadi Cacing dewasa menyebabkan Fascioliasis.
  2. Clonorchis sinensis / Opistorchis sinensis (cacing hati manusia)
    Siklus hidupnya adalah: Telur- Larva Mirasidium -Sporokista- Larva (II) : Redia- Larva (III) : Serkaria -Larva(IV) : Metaserkaria, masuk ke dalam tubuh Ikan kemudian termakan oleh Orang Cacing dewasa, menyebabkan Clonorchiasis.
  3. Schistosoma
    Contohnya adalah Schistosoma japonicum, Schistosoma haematobium dan Schistosoma mansoni. hidup dipembuluh darah dan merupakan parasit darah. Memiliki hospes perantara Siput. Menyebabkan Schistosomiasis.
  4. Paragonimus westermani (cacing paru)
    Cacing yang menjadi parasit dalam paru-paru manusia. Sebagai hospes perantara ialah ketam (Eriocheirsinensis) dan tetumbuhan air. Menyebabkan Paragonimiasis.
  5. Fasciolopsis buski
    Cacing yang menjadi parasit dalam tubuh manusia. Hidup di dalam usus halus. Hospes perantaranya adalah tetumbuhan air. Menyebabkan Fasciolopsiasis.
3.      Cestoda (Cacing Pita)

Tubuhnya terdiri dari rangkaian segmen-segmen yang masing-masing disebut Proglottid.
Kepala disebut Skoleks dan memiliki alat isap (Sucker) yang memiliki kait (Rostelum) terbuat dari kitin. Pembentukan segmen (segmentasi) pada cacing pita disebut Strobilasi.


Contoh :
Taenia solium/Cacing pita manusia
Menyebabkan Taeniasis solium. Pada skoleknya terdapat kait-kait. Proglotid yang matang menjadi alat reproduksinya. Memiliki hospes perantara  Babi.
Siklus hidup :
Proglottid Masak
(terdapat dalam feses) bila tertelan oleh babi Embrio Heksakan, menembus usus dan melepaskan kait-kaitnya Larva Sistiserkus (dalam otot lurik babi) tertelan manusia  Cacing dewasa.
Taenia saginataCacing pita manusia
Menyebabkan Taeniasis saginata. Pada skoleknya tidak terdapat kait-kait. Memiliki hospes perantara  Sapi. Daur hidupnya sama dengan Taenia solium.
Diphyllobothrium latum,
Menyebabkan Diphyllobothriasis. Parasit pada manusia dengan hospes perantara berupa katak sawah
(Rana cancrivora)
, ikan dan Cyclops.
Echinococcus granulosus
Cacing pita pada anjing.
Himenolepis nana
Cacing pita yang hidup dalam usus manusia dan tikus. Tidak memiliki hospes perantara.

4.       Kelas Cestoda (Cacing Pita)
Ciri-ciri :

Cacing pita (Cestoda) memiliki tubuh bentuk pipih, panjang antara 2 - 3m dan terdiri dari bagian kepala (skoleks) dan tubuh (strobila). Kepala (skoleks) dilengkapi dengan lebih dari dua alat pengisap. Sedangkan setiap segmen yang menyusun strobila mengandung alat perkembangbiakan. Makin ke posterior segmen makin melebar dan setiap segmen (proglotid) merupakan satu individu dan bersifat hermafrodit.
Cacing ini biasanya hidup sebagai parasit dalam usus vertebrata dan tanpa alat pencernaan. Sistem eksresi terdiri dari saluran pengeluaran yang berakhir dengan sel api. Sistem saraf sama seperti Planaria dan cacing hati, tetapi kurang berkembang.
 contoh cestoda yaitu :
a)    Taenia saginata (dalam usus manusia)
b) Taenia solium (dalam usus manusia)
c) Choanotaenia infudibulum(dalam usus ayam)
d) Echinococcus granulosus (dalam usus anjing)
e) Dipylidium latum (menyerang manusia melalui inang protozoa)
a. Taenia saginata

Cacing ini parasit dalam usus halus manusia. Perbedaannya dengan Taenia solium hanya terletak pada alat pengisap dan inang perantaranya. Taenia saginata pada skoleksnya terdapat alat pengisap tanpa kait dan inang perantaranya adalah sapi. Sedangkan Taenia solium memiliki alat pengisap dengan kait pada skoleksnya dan inang perantaranya adalah babi.
Daur hidup Taenia saginata

Dalam usus manusia terdapat proglotid yang sudah masak yakni yang mengandung sel telur yang telah dibuahi (embrio). Telur yang berisi embrio ini keluar bersama feses. Bila telur ini termakan sapi, dan sampai pada usus akan tumbuh dan berkembang menjadi larva onkoster. Larva onkoster menembus usus dan masuk ke dalam pembuluh darah atau pembuluh limpa, kemudian sampai ke otot lurik dan membentuk kista yang disebut Cysticercus bovis (larva cacing). Kista akan membesar dan membentuk gelembung yang disebut Cysticercus (sistiserkus). Manusia akan tertular cacing ini apabila memakan daging sapi mentah atau setengah matang.
Dinding Cysticercus akan dicerna di lambung sedangkan larva dengan skoleks menempel pada usus manusia. Kemudian larva akan tumbuh membentuk proglotid yang dapat menghasilkan telur. Bila proglotid masak akan keluar bersama feses, kemudian termakan oleh sapi. Selanjutnya telur yang berisi embrio tadi dalam usus sapi akan menetas menjadi larva onkoster. Setelah itu larva akan tumbuh dan berkembang mengikuti siklus hidup seperti di atas. Perhatikan gambar daur hidup Taenia saginata berikut




Gambar Daur hidup Taenia saginata
b. Taenia solium


Daur hidup Taenia solium sama dengan daur hidup Taenia saginata, hanya saja inang perantaranya adalah babi. Sedangkan kista yang sampai di otot lurik babi disebut Cysticercus sellulose.
c. Coanotaenia infudibulum


Cacing pita lainnya adalah Coanotaenia infudibulum yang parasit pada usus ayam tetapi inang perantaranya adalah Arthropoda antara lain kumbang atau tungau.









3.          Monogenea
Hewan dari kelas Monogenea umumnya parasit. Hewan ini juga tidak memiliki rongga tubuh. Monogenea mempunyai sistem pencernaan sederhan yang mencakup lubang mulut, usus, serta anus. Contohnya neobenedenia .
Pada awal tahap hidupnya, Monogenea memiliki sebuah organ mirip kait di bagian posteriornya yang disebut haptor. Hewan dewasa memiliki prohaptor ( untuk makan ) dan opisthaptor ( untuk menempel ).
Monogenea dapat ditemukan di kulit, sirip, dan insang ikan. Monogenea biasanya hermafrodit. siklus hidupnya tidak mengalami reproduksi aseksual. Pada reproduksinya dihasilkan telur yang akan mengalami tahap larva, disebut onkomirasidium. hewan dewasanya memakan darah, lendir , serta sel-sel epitel inangnya.

Perbandingan antarkelas Platyhelminthes
Ciri-ciri
Turbellaria
Trematoda
Cestoda
Monogenea
Contoh
Planaria
Fasciola hepatica
Taenia solium
Neobenedenia
Habitat larva
Dewasa
Bebas di air tawar
Bebas di air tawar
Dalam siput genus Lymnaea
Kantong empedu biri-biri dan manusia
Pada  daging babi
Manusia

Pada udang dan ikan
 mamalia

Bentuk tubuh
Pipih, pendek
Pipih, pendek
Pipih, pendek
Pipih, pendek
Simetri tubuh
Bilateral
Bilateral
Bilateral
Bilateral
Permukaan tubuh
Tertutup epidermis dan silia
Tidak ada epidermis dan silia
Tertutup kutikula, tidak ada epidermis dan silia
Tidak ada epidermis dan silia
Alat isap
Tidak ada
Ada dua ( di mulut dan kepala)
Ada empat skolekas
Ada dua
Segmentasi
Tidak ada
Tidak ada
Ada
Tidak ada
Sistem pencernaan
Mulut, probosis, usus bercabang tiga
Mulut, kerongkongan pendek, usu bercabang dua
Tidak ada
Mulut, faring, dan usus
Sistem ekskresi
Sel api
Sel api
Sel api
Sel api
Respirasi
Osmosis
osmosis
osmosis
osmosis

2 komentar: